Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Esensi Ajaran Islam adalah Akhlak Akhlak menjadi hal yang pokok dalam ajaran Islam

Esensi Ajaran Islam adalah Akhlak

Akhlak menjadi hal yang pokok dalam ajaran Islam. Terutama bagaimana merawat, menumbuhkan dan mengembangkan akhlak yang mulia. Guru Besar Tasawuf Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. K.H. Asep Usman Ismail menjelaskan ada beberapa pengertian tentang akhlak. Akhlak diartikan sebagai Al-'Adah, yaitu kebiasaan atau habit. Ia menjelaskan jika kebiasaan seseorang baik maka akhlaknya pun akan baik, sebaliknya jika kebiasaan seseorang buruk maka akhlaknya pun akan buruk.

Manusia dilahirkan ke alam dunia dalam kondisi tidak mengetahui apa-ара. Наl ini sebagaimana dijelaskan dalam surah An-Nahl ayat 78: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". Beliau menjelaskan dari ayat tersebut diketahui bahwa manusia tidak memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap, perbuatan, pengalaman dan lainnya ketika lahir. Atau disebut dengan fitrah. Lalu Allah Swt. memberikan kepada manusia pendengaran, penglihatan serta memberikan memori untuk menyimpannya di dalam hati nurani yang disebut afidah atau fuad. Sehingga menurutnya akhlak itu terbentuk berdasarkan apa yang didengar, dilihat, dan apa yang tersimpan dalam memori.

Lebih lanjut Prof. Asep menjelaskan akhlak juga disebut dengan tabi'ah yang berasal dari kata taba'a yang artinya mencetak. Maksudnya, segala apa yang didengar, dilihat, yang disimpan dalam hati, yang ditirukan, dan yang diulang-ulang lambat laun akan membentuk atau tercetak dalam kalbu seseorang. Jadi, akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa.

Akhlak disebut juga As-Sajiyah yang berarti ungkapan, ekspresi atau pernyataan. Menurutnya, akhlak dapat keluar melalui gestur atau bahasa tubuh. Akhlak juga dapat keluar atau tercerminkan dari kata-kata, maka menurutnya seseorang yang ucapannya santun dan lembut mencerminkan mulia akhlaknya. Sebaliknya seseorang yang ucapannya kasar, tidak memiliki manfaat, bahkan cenderung menimbulkan kemudharatan maka mencerminkan akhlak yang rusak. Selain itu, akhlak juga tercermin dalam sikap dan terlihat dari perilaku.

Akhlak disebut juga Al-Muruah yang berarti harga diri, martabat, dan kehormatan. Ia menjelaskan seseorang yang kualitas akhlaknya rendah maka harga dirinya pun ditempatkan pada perkara yang tidak memiliki makna. Orang tersebut akan mudah tersinggung, marah hanya karena persoalan-persoalan sepele dalam perkara dunia. Sebaliknya orang yang memiliki kualitas akhlak tinggi akan menempatkan harga dirinya pada yang lebih bermakna.

Terakhir, Prof. Asep mengatakan akhlak berarti juga Ad-Din, yaitu keteraturan, peradaban, dan agama. Keteraturan menggambarkan pribadi yang baik, maju, modern dan berperadaban. Itu sebabnya Islam hadir untuk mengembangkan manusia menjadi pribadi yang berakhlak. Rasulullah Saw. diutus untuk menyempurnakan akhlak. Sebab itu menurut Prof. Asep esensi dalam ajaran Islam bukan terletak pada ibadah atau ilmu melainkan esensi ajaran Islam terletak pada pada sikap, perbuatan, karakter, kepribadian atau disebut akhlak yang mulia.

1. Tokoh dalam teks tersebut menjelaskan ada beberapa pengertian tentang akhlak. Berdasarkan teks tersebut, yang tidak termasuk arti akhlak adalah ....

   A. al-‘adah

   B. tabiah

   C. al-muruah

   D. al-hukmi

   E. ad-din

Pembahasan:

Yang tidak termasuk arti akhlak adalah al-hukmi.

Jawaban: D


2. Berilah tanda centang (✔) pada pernyataan yang sesuai dengan teks tersebut. (Jawaban lebih dari satu)

 Akhlak seseorang terbentuk sesuai dengan apa yang didengar, dilihat, dan apa yang tersimpan dalam memori.

 Orang yang memiliki kualitas akhlak tinggi akan menempatkan harga dirinya lebih rendah dan tidak bermakna.

 Harga diri seseorang ditentukan oleh tinggi atau rendahnya kualitas akhlaknya.

 Akhlak dapat keluar melalui gestur atau bahasa tubuh yang dikenal dengan istilah As-Sajiyah.

 Esensi dalam ajaran Islam bukan terletak pada sikap atau perbuatan, melainkan terletak pada ibadah atau ilmu.

Pembahasan:

Pernyataan yang sesuai dengan teks tersebut adalah:

 Akhlak seseorang terbentuk sesuai dengan apa yang didengar, dilihat, dan apa yang tersimpan dalam memori.

 Harga diri seseorang ditentukan oleh tinggi atau rendahnya kualitas akhlaknya.

 Akhlak dapat keluar melalui gestur atau bahasa tubuh yang dikenal dengan istilah As-Sajiyah.


3. Manusia dilahirkan ke alam dunia dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa. Hal itu sudah termaktub di dalam Al-Qur'an surah An-Nahl ayat 78. Jelaskan bagaimana Allah Swt. membuktikan kekuasaan-Nya untuk para hamba-Nya sehingga bisa mengetahui apapun dan memiliki akhlak seiring berjalannya waktu.

Jawab:

Berdasarkan Al-Qur’an surah An-Naḥl ayat 78, manusia dilahirkan ke alam dunia dalam kondisi tidak mengetahui apa-apa. Lalu Allah Swt. memberikan manusia pendengaran, penglihatan, serta memori untuk menyimpannya di dalam hati nurani yang disebut afidah atau fuad. Sehingga akhlak terbentuk berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dan disimpan di memorinya.


4. Rasulullah Saw. diutus untuk menyempurnakan akhlak. Sebab itu, esensi dalam ajaran Islam bukan terletak pada ibadah atau ilmu, melainkan terletak pada akhlak. Apakah kalian setuju dengan pernyataan tersebut?

 Setuju

 Tidak setuju

Berikan alasannya.

Jawab:

Setuju. Hadirnya Rasulullah Saw. untuk menyempurnakan akhlak manusia. Seseorang yang berakhlak berarti menggambarkan pribadi yang baik menurut Islam. Ilmu dan ibadah memang penting, namun semua itu harus dibarengi dengan akhlak yang baik.

 ++++++++++++++++++++++++++

Semoga Bermanfaat dan Berkah

Jangan Lupa Belajar Terus

Ingat Cita-Cita, Orang Tua, dan Keluarga

Posting Komentar untuk "Esensi Ajaran Islam adalah Akhlak Akhlak menjadi hal yang pokok dalam ajaran Islam"